#GenLangitBiru: Pengemban Misi 'Mencerahkan Langit'
#GenLangitBiru: Pengemban Misi ‘Mencerahkan Langit’
Aku teringat Alif yang merupakan
tokoh superheroku dinovel Ranah 3 Warna. Novel ini merupakan salah satu novel
yang berhasil membuat bulu kudukku merinding akan rasa bangga. Alur yang paling
berkesan menurutku adalah saat Alif dan teman-temannya mendaki Mt. Laura dan
mengibarkan merah putih dipuncaknya, di benua Amerika! Entah mengapa mataku
berkaca-kaca saat membacanya, sama seperti saat aku membaca novel Sang Pemimpi
dimana Ikal berhasil menatap langit Eropa. Itu sudah bertahun-tahun lamanya
sejak aku membaca novel-novel itu, tapi keberhasilan mimpi mereka masih merekat
dirongga dadaku hingga saat ini.

Sunrise di sungai Mahakam (dokumentasi pribadi)
Dari dulu impianku adalah dapat
melihat langit dari belahan lain Indonesia. Itu sudah tertanam sejak aku
menonton Shinchan dan Doraemon dimasa kanak-kanak. Aku selalu berandai-andai
apakah langit di Tokyo sama birunya dengan langit di Samarinda? Atau bagaimana
ya pemandangan kota diluar pulau Kalimantan?

Langit kota Samarinda (dokumentasi pribadi)
Kotaku (yang kuyakini didaerah
kalian juga) rasanya semakin sesak saja. Aku pernah seharian sakit tenggorokan
dan radang karena terhirup asap hitam bis didepanku. Apalagi saat itu keadaan
sedang macet dan pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna dari bis tersebut
membuatku terpaksa mendistribusikan gas karbonmonoksida (CO) kedalam
paru-paruku. Parahnya asap hitam ini bisa saja membuat orang lain sesak nafas
dan mengurangi kadar oksigen diotak kita. Belum lagi saat siang hari, matahari
rasanya seperti berada sejengkal diatas kepalaku. Aku sadar akan udara yang tidak
bersih lagi dan efek global warming
terhadap ozon bumi.
Oksigen dan nitrogen bukan
satu-satunya senyawa yang berada diudara. Ada air, argon, karbondioksida, neon,
helium dan partakel padat lain seperti debu. Bahkan kadar oksigen hanya 21%
untuk semua makhluk di bumi ini. Luar biasa bagaimana jutaan penduduk bumi
berbagi oksigen tanpa satu makhluk pun kekurangan. Jadi, mari jaga bumi ini
agar kita dapat bernafas nyaman didalamnya.
Proyek Langit Biru Cilacap
Pertamina yang merupakan salah
satu perusahaan idamanku semasa kuliah sudah sejak lama berkontribusi terhadap
lingkungan dan masyarakat Indonesia. Dan kali ini Pertamina sedang menggarap
Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC) yang merupakan proyek lanjutan Residual Fluid Catalytic Cracking
(proyek untuk memproduksi gasoline
sekitar 2 juta KL/tahun) dan akan menjadikan Pertamina RU IV menjadi kilang
minyak terbesar di Asia Tenggara nantinya. Wow!

Cr: Aktual.com
Proyek Langit Biru Cilacap (PLBC)
terdengar begitu keren dan syarat akan harapan masa depan yang lebih baik.
Proyek ini diperkirakan rampung dalam 34 bulan sejak tanda tangan kontrak pada
26 November 2015. Mungkin selesai sekitar bulan September 2018 jika tidak ada
kendala dalam pembangunannya. Produk yang dihasilkan PLBC adalah gasoline RON 92 sebesar 91 ribu
barel/hari yang jika dikonversikan dalam liter menjadi sebesar 14.468.090
L/hari (1 barel = 158,99 L). Besar harapannya untuk dapat memenuhi kebutuhan
konsumsi BBM nasional dewasa ini dan mengurangi impor dengan negara lain.

Sumber: bphmigas.go.id (Data hingga bulan Juli 2017)
Keterangan: a. JBU (Jenis
BBM Umum): Semua Jenis BBM Kecuali JBKP dan JBT
b.
JBKP (Jenis BBM Khusus Penugasan): Gasoline
c.
JBT (Jenis BBM Tertentu): Minyak Tanah dan Solar
Kesadaran Untuk ‘Mencerahkan Langit’
Proyek ‘Langit Biru’ ini
bertujuan untuk meningkatkan bahan bakar RON 88 menjadi RON 92. RON itu apa
sih? RON adalah kepanjangan dari Research
Octane Number atau dikenal dengan nilai oktan yang terkandung dalam bahan
bakar. Contohnya Premium memiliki RON 88, Pertamax dengan RON 92 dan Pertamax
Plus dengan RON 95. RON ini menunjukkan perbandingan kandungan antara
iso-oktana dan n-heptana pada bahan bakar. Jika nilai RON sebesar 92 berarti
kandungan iso-oktananya sebesar 92% dan 8% adalah n-heptana.
Nilai RON ini memperlihatkan
seberapa bagus kualitas bahan bakar yang kita gunakan. Semakin tinggi nilai
oktan maka semakin murni bahan bakar yang digunakan. Sehingga dapat kusimpulkan
proyek Langit Biru ini bertujuan untuk memperbesar produksi Pertamax.

Sumber: pertamina.com
Peningkatan nilai oktan ini jelas
lebih ramah lingkungan dan memenuhi standar Euro IV. Euro IV merupakan standar
emisi gas buang kendaraan di negara Uni Eropa. Salah satu contoh emisi adalah
asap dari kendaraan bermotor (salah satu unsur pencemar udara).
RON 92 yang digadang eco-friendly dibanding premium memang
membuat proses pembakaran bahan bakar lebih optimal dan tidak menyebabkan knocking pada mesin motor, sehingga gas
buang yang dikeluarkan lebih sedikit. Hal ini jelas lebih ramah lingkungan dan
membuat mesin kendaraan lebih awet, polutan diudarapun semakin berkurang.
Sehingga harapan kedepannya udara bisa semakin bersih dan langit menjadi lebih
‘cerah’.

Cr: businessnewsdaily.com
#GenLangitBiru
Nah, Pertamina sudah menunjukkan
aksi nyatanya untuk membirukan langit, bagaimana denganmu sebagai generasi
millenial yang ngakunya melek teknologi dan memiliki kesadaran sendiri untuk
menjaga lingkungan sebagai #GenLangitBiru masa kini? Manfaatkan teknologi modern untuk mengajak orang lain untuk
mengemban misi ini tanpa harus hilang ‘kekinian’. Buat status tentang bersepeda
dari rumah ke kampus misalnya, atau ngelive
di Instagram tentang event-event
lingkungan atau dengan memulai untuk menggunakan pertamax sebagai bahan bakar kendaraanmu. Bisa saja
aksi kecil tersebut dapat melahirkan gen langit biru selanjutnya dari followers kita dimedsos maupun
masyarakat di lingkungan kita. Berfikirlah kritis, bumi ini milik kita, mari
kita bertanggung jawab bersama akan ‘kesehatannya’ untuk #GenLangitBiru
selanjutnya. Kalau bukan dimulai dari kita, siapa lagi?

‘Kualitas’ bumi dimasa depan buah
dari tindakan kita hari ini. Birukan langitmu untuk hari esok yang cerah. Salam
#GenLangitBiru dari Kaltim.
“Unless someone like you care a whole awful lot. Nothing is going to get
better. It’s not.” - Dr. Seuss: The Lorax.
Komentar
Posting Komentar